Dalam Berita Politik Internasional bahwa Presiden Palestina beliau Mahmoud Abbas, telah menolak Amerika Serikat sebagai mediator tunggal untuk menangani konflik di Timur Tengah. ketika berpidato di pertemuan sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertempat di New York, pada hari Kamis tanggal 27 bulan september. Kami mensepakati tidak menerima mediasi tunggal yang dilakukan Amerika Serikat dalam proses ini," ucap Abbas, sebagaimana dikutip dalam media online matamatapolitik.com. Ia memberikan penjelasan sesungguhnya Palestina tidak dapat menerima peran tunggal amerika serikat karena sejak kepemimpinan Presiden Donald Trump menjabat sejak 2017 lalu, Amerika Serikat sangat bias serta terlihat memihak Israel.
Beliau Abbas akhirnya menjabarkan beberapa keputusan kontroversial Amerika Serikat, yang diawali dari mengakui negara Yerusalem sebagai ibu kota Negara Israel, pemotongan anggaran bantuan, juga perihal penutupan kantor perwakilan Negara Palestina di Washington. "karena semua keputusan ini, semua komitmen Amerika Serikat sebelumnya telah dipungkiri pemerintahan tersebut, dan juga melecehkan solusi antar dua negara," ujar Abbas. "Sangat ironis sekali melihat pemerintahan Amerika Serikat masih membahas mengenai apa yang disebut sebagai kesepakatan abad ini. Di pertemuan para pemimpin dunia, Abbas juga mendesak Trump guna segera mencabut semua keputusan kontroversial ini.
"Dalam agenda mulia ini, saya menyampaikan kembali desakan yang saya tunjukan kepada Presiden Trump guna membatalkan keputusan serta dekritnya demi menyelamatkan peluang perdamaian," penuturan Abbas. Beliau juga berpidato dalam forum sidang Majelis Umum PBB sehari kemudian setelah giliran Trump. pernyataan pidatonya, bahwa Trump menyebut bakal memberikan penjelasan rencana baru Amerika Serikat dalam perdamaian Israel dan Palestina pada akhir tahun ini. Ketika bertemu dengan Perdana Menteri Israel, beliau Benjamin Netanyahu, di sela-sela sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa, Trump menyatakan untuk pertama kalinya perihal dukungannya untuk solusi dua negara.
"Andaikan Israel serta Palestina bisa menjadi satu negara, saya sangat mendukung. Jika kedua negara ingin berdiri negara masing-masing, saya juga mendukung. Saya senang apabila mereka senang," kata Trump. Meski Trump memberi pernyataan tersebut yang bisa memicu kekhawatiran di antara kubu sayap kanan, yang mengharap Amerika Serikat meninggalkan gagasan Palestina untuk menjadi satu negara, PM Israel menyambut baik komentar tersebut. Saya sangat berharap bisa segera bekerja sama dengan Presiden Trump dengan kesepakatan damainya," ucap Netanyahu. Berita Politik Internasional ini dalam redaksi pemberitaannya bisa kita pahami dengan jelas di matamatapolitik.com.
0 comments